Namaku Taufiq ASy
Aku adalah manusia biasa yang mempunyai CINTA yang dihiasi dengan
rasa rindu walaupun datangnya terlambat, namun itulah Anugrah Allah SWT,
yang bersemayam dalam Jiwa semoga tetap ABADI, selanjutnya “Hanya Tuhan
Yang Tahu”
Saudara-saudara ku……………………..
Faktor yang membawa rasa rinduku adalah cinta, sehingga ada yang
mengatakan “karena cintaku padanya, tumbuhlah rindu; karena
mencintainya, ingin sekali aku bersua dengannya.”
Cinta adalah benih di hati, sedang rindu adalah salah satu buahnya.
Posisi rindu dalam cinta sama dengan posisi lari dari kemarahan dan
kebencian. Karena bila benci sesuatu, hati akan pergi menjauh. Bila
cinta sesuatu, hati akan berlari menghampiri. Inilah gerak hati menuju
Kekasih-nya. Karena kuatnya hubungan rindu dan cinta, satu sama lain
saling menggantikan dan melengkapi.
Ringkasnya, hati seorang pencinta selalu dalam perjalanan yang tak
kunjung berakhir menuju kekasihnya. Setiap menyelesaikan satu tahap,
muncul lagi tahap yang lain. Seperti ilmu yang bila di pahami selalu ada
yang baru untuk dipelajari lagi. Maka, kekuatan hubungan pencinta dan
Kekasihnya memastikan hatinya tak pernah merasa tenang sebelum sampai
pada-Nya. Bila gerak langkahnya tenang dan sedikit penggodanya, maka
terpautlah segenaphatinya kepada-Nya dan kuatlah langkahnya menuju
Kekasih Tercinta.
Dari ‘Ath bin Sa’ib dari ayahnya; ia berujar: Amr bin Yasir
mengimani shalat kami dengan memendekkan shalatnya. “Andai telah
memendekkan shalat,’ kata sebagianorang padanya. Ia menjawab: “Walau
pendek, saya telah membaca satu doa yang kudengar dari Rasulullah saw.”
Ketika Amar berdiri, seorang di antara mereka—yaitu ayahku—mengikutinya
dan bertanya tentang doa itu. Ia pun mengajarkannya, yaitu:
“Ya Allah, atas pengetahuan-Mu tentang hal ghaib dan kudrat-Mu
atas makhluk, hidupkanlah aku bila kehidupan yang Engkau ketahui ini
lebih baik bagiku dan matikanlah aku bila kematian lebih baik bagiku. Ya
Allah, hamba mohon diberi rasa takut pada-Mu saat ramai dan sepi, hamba
mohon dianugerahi ucapan yang benar dan adil kala marah dan senang.
Mohon beri hamba kesederhanaan saat miskin dan kaya, nikmat yang tak
pernah hilang, ketenangan yang tak putus. Keridhaan setelah takdir-Mu,
kehidupan setelah mati dan kenikmatan melihat-Mu, kerinduan bertemu
dengan-Mu tanpa kesengsaraan yang menyusahkan, dan terjauh dari cobaan
yang menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan iman dan jadikanlah
kami orang yang memberi dan diberi petunjuk.”
Dalam hadits ini Nabi berdoa agar dikaruniai kerinduan bertemu
dengan-Nya disertai kesehatan dan hidayah dengan tanpa ada fitnah dan
cobaan. Ini adalah pemberian paling berharga, karena yang bisa
menerimanya hanya orang yang telah lulus dari ujian. Jarang orang yang
belum diuji bisa mendapatkannya.
Hadits ini menceritakan tentang nikmat memandang Allah dan
kerinduan para kekasih-Nya untuk bertemu, karena esensi rindu pada Allah
adalah rindu bertemu dengan-Nya. Kerinduan itu dinyalakan dengan bahan
bakar amal kebajikan; para pencinta beramal karena kerinduannya, dan
itulah yang menggerakkannya dirinya untuk beramal. Di antara buah rindu
adalah hati pencinta yang selalu beramal dengan penuh semangat. Inilah
faedah dari cinta, di mana hati pemiliknya selalu merasakan berbagai
kebajikan dan kenikmatan Allah.
Rindu mendorong pencinta untuk bersungguh-sungguh dalam berjalan
menuju kekasihnya, mempersingkat jalan, mendekatkan yang jauh,
meringankan kepedihan dan kesulitan.
Ini adalah modal dan bekal hamba mendapatkan kegembiraan dan
ketenanganny. Membangkitkan persiapan yang matang, memperingan beban
perjalanan, menghalau semua kelesuan, mendorong kejujuan, keikhlasan,
tobat dan perlakuan yang benar. Ini merupakan nikmat terbesar yang
diberikan Allah kepada hamba-Nya.
Karunia ini terungkap dalam berbagai ucapan dan perbuatan, yang
keduanya sekaligus menjadi sebab tercapainya karunia tersebut. allah
Maha mendengar semua kata yang diucapkan dan Maha Mengetahui amal yang
dilakukan. Mahatahu siapa yang mensyukuri dan menghargainya. Mahatahu
siapa yang mencintai Pemberinya, sehingga ia layak mendapatkan karunia
ini, sebagaimana firman-Nya.
“Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka dengan
sebagian mereka, agar mereka berkata: ‘Apakah hanya mereka yang diberi
karunia oleh Allahdi antara kita?’ (Allah berfirman:) ‘Bukankah Allah
lebih tahu tentang orang-orang yang bersyukur?” (al-An’am [6]: 53).
Karena rindu adalah perjalanan hati menuju Kekasihnya dan yang menambatkan dirinya terhadap-Nya, maka rindu merupakan maqam
hamba yang sangat mulia dan tinggi. Siapa yang mengingkari kerinduan
hamba pada Tuhannya, maka sesungguhnya ia telah mengingkari rasa cinta
kepada-Nya, karena cinta pasti membuahkan rasa rindu.
Seorang pencinta pasti selalu riindu bertemu Kekasihnya. Hati dan
perasaannya tidak akan tenang kecuali jika ia bertemu dengan Yang
dirindu.
1. Saat hendak tidur, saat seluruh indra dan anggota tubuhnya
terlepas dari berbagai kesibukan, dan saat hatinya terkonsentrasi pada
Yang dicintainya. Ia tak akan tidur kecuali dengan mengingat Kekasihnya
dan menyibukkan hatinya dengan-Nya.
2. Saat bangun dari tidur. Hal pertama yang diingatnya adalah Kekasihnya.
3. Saat shalat. Shalat adalah pengujian jiwa dan timbangan
iman. Dengan shalat, iman seseorang ditimbang. Dengan shalat, keadaan
jiwa, maqam dan derajat seseorang di sisi Allah terwujudkan.
Shalat adalah wahana bagi hamba bermunajat dan mendekatkan diri tanpa
perantara kepada Allah. Tidak sesuatu yang paling menyejukkan mata dan
menyenangkan hati seorang pencinta selain shalat, bila ia benar-benar
seorang pencinta sejati. Tidak ada sesuatu yang lebih diutamakan dan
dicari selain dari berkhalwat dengan Kekasih, bermunajat kepada-Nya dan
berdiri di hadapan-Nya saat Kekasihnya telah siap menyambutnya. Padahal
sebelum itu,ia tersiksa oleh kekerasan makhluk dan kesibukkan dengan
mereka. Bila telah berdiri melakukan shalat, ia telah lari dari selain
Allah, menuju kepada-Nya. Tidak ada sesuatu yang lebih penting baginya
selain shalat. Seolah-olah ia berada di dalam penjara yang sempit dan
kegalauan yang menyusahkan. Hal itu terus ia rasakan hingga datang waktu
shalat. Setelah shalat, ia pun mendapati hatinya telah terhibur,
tercerahkan, dan terasa senang, sebagaimana ucapan Nabi saw. yang
dituturkan pada Bilal: “Wahai Bilal, hiburlah (istirahatkanlah) kami
dengan shalat.” Nabi saw. tidak mengatakan: “Istirahatkanlah kami dari
shlat,” sebagaimana dikatakan oleh orang-orang yang lalai.
4. Saat kesulitan dan ditimpa musibah. Dalam situasi ini yang
teringat hanya Kekasih. Rahasianya adalah, bahwa saat musibah dan ujian
terasa berat, maka hati bergetar dan takut kehilangan sesuatu yang
dicintainya, yaitu kehidupan yang menyita seluruh perhatiannya, yang
dengan ia bisa menjalin kedekatan dengan Kekasihnya. Dia mencintai
kehidupannya karena kenikmatannya dengan kekasihnya. Saat ia dihinggapi
ketakutan raibnya kehidupan, ia langsung teringat Kekasih Yang juga akan
hilang bersamaan dengan kematiannya.
Karena itu, saat menjelang kematian, hal yang selalu diingat dan
dibaca orang adalah apa yanga dicintainya. Bahkan kata itu masih terucap
saat maut menjemput.
Dalam riwayat Ibnu Abbas disebutkan bahwa seorang anak kecil
perempuan meninggal di pangkuan Nabi. Ummu Aiman menangis keras melihat
hal itu. Ia pun ditanya: “Mengapa engkau menangis di hadapan
Rasulullah?” Ia menjawab: “Ya Rasulullah, bukankah saya pernah melihat
engkau menangis?” Beliau menjawab: “Saya tidak menangis, tapi tangisan
itu adalah rahmat. Sesungguhnya seorang mukmin selalu baik, apapun
kondisinya, manakala ia meninggal saat memuji Allah.”
Ibnu Abi Dunia menyebutkan di dalam kitab al-Muhtadharin tentang
Zufar, bahwa pada saat kematiannya ia mengatakan: “Ia mendapatkan
seperlima zakat, ia mendapat seperampat zakat…” lantaran begitu cintanya
pada fiqih dan ilmu.
Selain itu, menjelang maut, semua indra dan kesibukan berhenti.
Lalu muncullah apa yang sebenarnya ada di hati tanpa bisa ditolak.
Karena itu, ada orang yang meninggal sambil menyebut ternaknya yang mati
dan ada pula orang yang mati seraya mendendangkan lagu.
Ibnu Qayyim meriwayatkan: “Ada tukang sihir yang menghembuskan
nafas terakhirnya sambil berkata, ‘Uang-uang, demi Allah!’ Ada pula
pedangang yang berucap, ‘bagus, murah,’ saat kematiannya. Dan kisah
semacam ini sangat banyak terjadi.”
Siapa yang sibuk dengan Allah, mengingat dan mencintai-Nya, maka
saat kematiannya akan mendapatkan apa yang sangat dicintainya itu,
sebagai mana ditegaskan dalam hadits Nabi saw.:
“Menjelang kematian seseorang, malaikat datang
kepadanya. Nila ia seorang yang shalih, malaikat berkata: ‘Wahai jiwa
yang baik yang berada dalam jasad yang baik, keluarlah dengan terpuji.
Bergembiralah dengan semerbak sorga dan Rabb dalam keadaan tidak marah.’
Ucapan itu terus diulang-ulang hingga ruh keluar dari tubuh. Lalu
malaikat yang bertanya: ‘Siapa ini?’ Jawab malaikat yang datang
membawanya: ‘Ini si Fulan.’ Kemudian dikatakan: ‘Selamat datang wahai
jiwa yang baik yang berada dalam jasad yang baik. Masuklah dengan
terpuji dan bergembiralah dengan aroma sorga dan Rabb dalam keadaan
tidak marah.’ Ucapan ini terus diulang-ulang hingga berakhir di langit
di mana Allah Azza wa Jalla berada.”
Sang hamba datang kepada Allah sebagai orang yang berbuat baik dan
rindu pada-Nya, yang telah bersabar melakukan berbagai amal yang sulit
dan melewati perjalanan yang berat karena rindu ingin bertemu
dengan-Nya. Karena itu, ia bisa datang menemui-Nya saja sudah cukup
memberikan kegembiraan dan kesenangan, apalagi bila memperoleh berbagai
penghormtan dan pemberian.
Orang yang menghabiskan masa hidup dan sehatnya jauh dari Allah,
akan sulit mengingat Allah saat kematiannya, bila ia tidak mendapatkan
‘inayah dari Allah. Maka orang yang berakal sehat seharusnya mengingat
hati dan lidahnya untuk selalu mengingat Allah. Karena lengah sekejap
saja bisa membuahkan penyesalan dan kesengsaraan sepanjang masa. Kita
memohon pertolongan pada Allah agar kita selalu bisa mengingat,
bersyukur, dan beribadah kepada-Nya dengan baik.
“YA ALLAH JADIKANLAH AKU MANUSIA YANG LEBIH MENCINTAIMU DARI SEGALANYA”
Mohon maaf jika dalam blog ini ada karya anda yang saya muat, semata-mata hanya demi syiar Islam semoga Allah SWT senantiasa memberikan Hidayah dan maghfiroh kepada kita
Wassalam
Taufiq ASy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar